Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Selasa, 02 Agustus 2011

Lima Roti dan Dua Ekor Ikan

    Berdoa untuk sesama itu baik dan terpuji, tetapi berdoa dan harapan-harapan baik tidaklah cukup. Kadang-kadang bila kita berdoa, Tuhan menjawab kita: “Tetapi engkau dapat melakukannya sendiri”. Inilah yang dapat kita lihat di dalam kutipan injil hari ini. Para murid begitu kuatir akan orang banyak yang lapar, sehingga mereka meminta kepada Yesus agar menyuruh mereka pulang dan membeli makanan agar mereka diluputkan dari kelaparan. Yesus berbalik kepada mereka dan berkata, “Hallo, kamu harus memberi mereka makan. Kalian sendiri bisa melakukan hal itu”. Setelah mendengar hal itu barulah mereka sadar akan apa yang mereka punyai. Mereka teringat akan anak kecil yang memiliki 5 buah roti dan 2 ekor ikan. kemudian mereka kagum, karena hal itu ternyata lebih dari cukup untuk memuaskan orang banyak yang lapar itu. Inilah mukjijat pemberian makan 5000 orang.
    Mengapa para murid sebelumnya tidak sampai pada pemikiran untuk membagi apa yang mereka miliki kepada orang banyak? Apakah karena mereka tidak peduli? Ya, mereka sangat peduli akan orang banyak itu. Hanya saja mereka mungkin bersikap realistis dan praktis.  Marilah kita simak. Lima buah roti dan dua ekor ikan itu, apalah artinya itu disbanding dengan orang banyak yang lapar, yang berjumlah 5000 itu ditambah lagi para wanita dan anak-anak. Hal ini lebih jelas di dalam injil Yohanes, di mana satu orang murid, yakni Andreas, berkata kepada Yesus: “Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?” (Yoh 6:9) Tindakan iman kadang-kadang tidak persis sama dengan logika manusiawi dan paham realisme.
    Ceritera tentang tindakan ajaib memberi makan 5000 orang, sebagaimana kebanyakan ceritera lain di dalam injil, dapat berbicara konkrit kepada kita ketika banyak orang dari antara kita yang dapat mengidentifikasi diri dengan para murid. Seperti mereka kepedulian dan bela rasa kita sering hanya terbatas pada doa dan kehendak baik. Seperti para murid kita pun mengharapkan yang baik untuk orang tetapi hanya sebatas kehendak tanpa usaha konkrit untuk memperbaiki situasi. Dan lagi seperti para murid, hal yang sering menghalangi kita dalam tindakan positif adalah ukuran kita akan realitas, sikap realistis, yakni pandangan bahwa yang kita lakukan tidak akan dapat berdampak banyak.
    Kutipan injil ini mau mengatakan kepada kita bahwa bila kita mewujudkan kepedulian dan bela rasa kita ke dalam tindakan-tindakan konkrit, hal yang sedikit yang kita lakukan akan dilipatgandakan oleh rahmat Allah sehingga akan melebihi apa yang kita butuhkan. Yang Yesus harapkan dari kita tidak lebih dari lima roti dan dua ekor ikan kita. Mungkin muncul pertanyaan: mengapa Yesus tidak menyulap saja sehingga muncul roti untuk dimakan orang banyak? Jawabannya adalah karna Tuhan membutuhkan “lima roti dan dua ekor ikan” dari kita untuk dapat melakukan mukjijat yang menakjubkan. Sebagai ilustrasi camkanlah ceritera berikut: “
    Gelombang laut menghempaskan ribuan ikan kecil-kecil ke pasir. Ikan-ikan itu menggelepar-gelepar pada pasir yang panas. Orang-orang yang lewat menginjak ikan-ikan itu tidak peduli. Namun seorang anak kecil memungut ikan-ikan itu dan membuangnya kembali ke dalam laut. Seorang lelaki mengamatinya dan berkata kepada anak itu: “Nak, apa yang sedang engkau lakukan? Apa arti ikan-ikan yang kamu pungut dan buang ke laut dibandingkan dengan ribuan atau bahkan jutaan ikan lainnya yang tidak akan mampu kamu pungut dan buang ke laut itu?” Perlahan anak itu kembali memungut ikan-ikan kecil itu dan membuangnya kembali ke laut dan berkata “Karena beberapa ekor ini pasti ada artinya”.
    Kita semua baik secara pribadi, sebagai kelompok ataupun sebagai umat manusia, kita mengalami berbagai macam jenis kelaparan – kelaparan akan makanan, cinta, kedamaian. Allah mampu dan ingin memuaskan semua kelaparan kita itu. Tetapi Allah membutuhkan orang-orang yang memiliki iman yang memadai untuk menyerahkan sebagian milik mereka, “lima roti dan dua ekor ikan” mereka, yang dibutuhkan Allah untuk membuat mukjijat. Mukjijat Allah membutuhkan keikutsertaan kita dalam berbagi dengan sesama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar