Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Rabu, 20 April 2011

Renuangan Paskah 2011

KRISTUS CAHAYA DUNIA
oleh P. Sani Saliwardaya, MSC

Hari Raya Paskah adalah pesta pokok & paling besar dalam tradisi liturgi kekristenan, karena iman kristiani didasarkan dan dipusatkan pada makna dari perayaan Paskah ini. Perayaan Paskah Kristiani bisa dikatakan juga sebagai perayaan hari jadi (hari kelahiran) iman kristiani, karena .iman kristiani diawali, bertumbuh, dan berkembang pada Kebangkitan Kristus. Bisa dikatakan bahwa peristiwa Kebangkitan Yesus menjadi benih pertumbuhan dan perkembangan iman kristiani. Rasul St. Paulus mengatakan bahwa bila Kristus tidak bangkit dari antara orang mati, maka sia-sialah iman kita kepada-Nya (bdk. 1Kor. 15:13). Dalam dan melalui liturgi perayaan Paskah, Gereja hendak mengenangkan dan memperingati kembali kisah mesianik Yesus Kristus tersebut. Yesus Kristus adalah Mesias yang dijanjikan Allah kepada bangsa Israel dan juga kepada umat manusia. Karena itulah, dalam liturgi Paskah, khususnya liturgi Malam Paskah, tampak dengan jelas kaitan antara kisah Perjanjian Lama dengan kisah Yesus.

Sebagai perayaan pokok, dalam liturgi Paskah terdapat banyak sekali simbol-simbol yang dipakai. Salah satu simbol yang hendak kita renungkan bersama kali ini adalah Lilin Paskah. Untuk itu, marilah kita renungkan beberapa kalimat-kalimat yang ada dalam kidung Pujian Paskah – Exultet – yang dinyanyikan pada Malam Paskah.
“Inilah hari raya Paskah. Hari Anak domba sejati dikorbankan”

Kalimat ini mengingatkan kita akan kisah pembebasan bangsa Israel dari tanah Mesir. Sebelum menuntun mereka keluar dari Mesir dengan perantaraan Musa, Allah mengadakan perjanjian jamuan Paskah dengan mereka (Kel. 12:1-27; 43-51). Dalam perjamuan Paskah tersebut, dikorbankan anak domba jantan tak bercela. Perjamuan Paskah Yahudi (bs. Israel) menjadi perjamuan kenangan & peringatan akan Allah yang membebaskan mereka dari perbudakan politik & ekomoni.

Dalam perayaan Paskah kristiani, yang dikorbankan bukan lagi anak domba jantan tak bercela melainkan Kristus sendiri sebagai “Anak domba Allah”, “Anak domba sejati”. Kristus Yesus membebaskan bukan hanya bangsa Israel, tetapi seluruh umat manusia dari perbudakan dosa. “Kristus telah melunasi hutang kami keturunan Adam, kepada Bapa. Ia telah menghapus pula hutang dosa lama dengan darah-Nya yang kudus” .

“Pada malam ini, kegelapan dosa dihalau oleh cahaya tugu api”
Kalimat ini juga mengingatkan kita akan kisah perjalanan awal bangsa Israel keluar dari Mesir, di mana Allah menyertai mereka, “pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam hari dalam tiang api untuk menerangi mererka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam” (Kel. 13:21).

Kristus Yesus, Anak domba sejati yang mengorbankan Diri-nya untuk membebaskan umat manusia dari dosa, adalah juga tugu api yang menghalau kegelapan dosa dunia. Tiang Api Allah yang menerangi bangsa Israel melewati kegelapan perjalanan malam hari, dan Tugu Api Kristus yang menghalau kegelapan dosa dunia itulah yang dilambangkan dengan Lilin Paskah.
Dalam pujian Exultet, Gereja – seluruh umat Allah – memohon agar Lilin Paskah yang dikuduskan dalam nama Allah itu, tidak kunjung padam. Gereja juga mohon agar cahaya Lilin Paskah itu dipersatukan dengan cahaya bintang kejora, yakni bintang yang cahayanya tampak paling terang dari dunia. Dan bintang kejora sejati adalah Kristus yang telah bangkit dari alam maut, dan kini menerangi umat manusia.

Semoga Kebangkitan Kristus benar-benar menjadi cahaya yang menerangi kita, sehingga kita terbebas dari kegelapan perjalanan kehidupan kita setiap hari. Kiranya seruan perarakan Lilin Paskah di malam yang agung, “Kristus Cahaya Dunia”, sungguh-sungguh hidup dalam diri kita, sehingga ungkapan “Syukur kepada Allah” menjadi ungkapan kita yang sebenar-benarnya.

Paskah Dalam Gereja Perdana

Gereja Perdana memperingati peristiwa kebangkitan Yesus dengan perjamuan sederhana dan berdoa. Kemudian dalam perjalanan misinya, Paulus terus mengingatkan jemaat akan pentingnya peristiwa kebangkitan Yesus dan perkataan Yesus pada waktu Perjamuan Malam Terakhir. Sumber yang paling awal yang menulis tentang Paskah adalah Melito dari Sardis yang menulis homili berjudul “Peri Pascha” (Tentang Paskah). Orang-orang Kristen pada zaman tersebut menapak tilas jalan salib (“Via Dolorosa”) yang dilalui oleh Tuhan Yesus. Kematiannya diperingati sebagai korban keselamatan dalam tradisi Yahudi (bahasa Ibrani: “Zerah Syelamin”).
Orang Kristen Yahudi terus merayakan Paskah Yahudi, namun mereka tidak lagi mengorbankan domba Paskah karena Kristus dianggap sebagai korban Paskah yang sejati. Perayaan ini diawali dengan berpuasa hingga Jumat jam 3 sore (ada yang melanjutkan hingga pagi Paskah). Perbedaan timbul di seputar tanggal Paskah. Orang Kristen Yahudi dan jemaat provinsi Asia merayakannya pada hari yang bersamaan dengan Paskah Yahudi, yaitu sehari setelah tanggal 14 Nisan (bulan pertama) menurut kalender mereka - kematian Yesus pada 15 Nisan dan kebangkitan Yesus pada 17 Nisan - tanpa mempedulikan harinya; namun orang Kristen non-Yahudi yang tinggal di Kekaisaran Romawi dan juga Gereja di Roma dan Aleksandria merayakannya pada hari pertama, yaitu hari Minggu - hari kebangkitan Yesus, tanpa mempedulikan tanggalnya. Metode yang kedua inilah yang akhirnya lebih banyak digunakan, dan penganut metode yang pertama perlahan-lahan mulai tergusur. Uskup Viktor dari Roma pada akhir abad ke-2 menyatakan perayaan menurut tanggal 14 Nisan adalah bidaah dan mengucilkan semua pengikutnya. Beberapa metode penghitungan yang lain di antaranya oleh beberapa uskup di Galia yang menghitung Paskah berdasarkan tanggal tertentu sesuai kalender Romawi, yaitu 25 Maret memperingati kematian Yesus dan 27 Maret memperingati kematian Yesus karena sejak abad ke-3 tanggal 25 Maret dianggap sebagai tanggal penyaliban. Namun metode yang terakhir ini tidak digunakan lama. Banyak kalender di Abad Pertengahan yang mencatat tanggal perayaan ini (25 dan 27 Maret) untuk alasan historis, bukan liturgis. Kaum Montanis di Asia Minor merayakan Paskah pada hari Minggu pertama setelah 6 April. Berbagai variasi perhitungan tanggal Paskah tersebut terus berlangsung hingga abad ke-4.
Perselisihan seputar penghitungan hari Minggu Paskah yang tepat tersebut akhirnya dibahas secara resmi pada Konsili Nicea I pada tahun 325 yang memutuskan bahwa hari Paskah adalah hari Minggu, namun tidak mematok hari Minggu tertentu. Kelompok yang merayakan Paskah dengan perhitungan Yahudi dinamakan “Quartodeciman” (bahasa Latin untuk 14) (Nisan) dan dikucilkan dari Gereja. Uskup Aleksandria kemudian ditugaskan untuk mencari cara menghitung tanggal Paskah, karena kota itu dianggap sebagai otoritas tertinggi untuk hal-hal yang berhubungan dengan astronomi, dan sang uskup diharapkan dapat memutuskan hasilnya untuk diikuti keuskupan-keuskupan yang lain. Namun hasil yang diperoleh tidak memuaskan, terutama untuk gereja-gereja Latin. Banyak Gereja masih memakai cara mereka sendiri-sendiri, termasuk Gereja di Roma. Akhirnya baru pada abad ke-7 berhasil dicapai kesepakatan mengenai perhitungan tanggal Minggu Paskah.

Tradisi Paskah

Pada Bulan April ini , kita umat Kristiani memperingati hari “Jumat Agung”, dimana kita memperingati sengsara Tuhan Yesus untuk penebusan seluruh dosa umat manusia di dunia. Sungguh ajaib Tuhan kita, bahwasannya dalam 3 hari Dia bangkit dari antara orang mati. Itulah yang kita sebut dengan hari PASKAH. Mungkin di negeri kita ini, paskah selalu diidentikkan dengan acara menghias telur dan mencari telur saja tanpa mengetahui apa maksud dibalik simbol tersebut. Tiap-tiap negara di dunia ini memiliki beberapa acara tradisi dalam menyambut hari Paskah tersebut. Ada beberapa simbol yang sudah dikenal di dunia ini selain telur Paskah seperti:
“Bunga dan tanaman”. Simbol sering dianggap sebagai simbol kehidupan dan harapan baru. Paskah juga melambangkan suatu kehidupan dan harapan baru bagi umat kristen. Kehidupan dan harapan baru tersebut diberikan oleh Kristus yang telah bangkit dari kematian. Itu sebabnya Paskah sering dilambangkan dengan bunga dan tanaman.
“Hewan Paskah” seperti ayam, kelinci, dan domba. “Ayam” dan telur sering dipakai sebagai ungkapan untuk menyatakan “mana yang lebih dulu”. Keduanya dipakai orang untuk melambangkan suatu kehidupan baru. Dari sebuah telur, lahirlah seekor anak ayam, sebagai ciptaan baru, seperti halnya sebuah telur yang ditetaskan untuk menjadi seekor calon anak ayam. Hewan kedua yang dianggap sebagai hewan Paskah adalah “domba”. Mengapa ? Hal ini kembali pada masa, jauh sebelum Paskah, pada masa Perjanjian Lama. Darah anak domba dioleskan oleh orang Yahudi di pintu rumah untuk membantu malaikat Tuhan membedakan rumah orang Yahudi dari rumah orang Mesir. Malaikat maut tersebut sedang diutus untuk membunuh anak sulung orang Mesir yang telah memperbudak bangsa Yahudi. Sejak saat itu, untuk memperingati keluarnya bangsa Yahudi dari Mesir, domba dipakai sebagai simbol hewan yang dikorbankan. Hewan ketiga, ‘kelinci’ adalah binatang yang paling populer di antara ketiga hewan diatas sebagai hewan Paskah. Kelinci yang dikenal sebagai hewan yang cepat berkembang biak dan melahirkan banyak anak, dianggap sebagai simbol kehidupan baru.
Dari gelap terbitlah terang. Setelah kematian, ada kehidupan. Itulah arti dari Lambang Lilin yang dinyalakan di gereja pada hari Paskah, sama halnya dengan arti yang terkandung pada matahari terbit ataupun api Paskah. Lilin Paskah ini dipakai dalam dunia modern sebagai pengganti kebiasaan menyalakan api Paskah pada masa lampau.
Masih banyak lagi tradisi-tradisi dalam memeriahkan acara “PASKAH” seperti kue paskah, api paskah dan legenda yang lain, tapi yang jelas makna dari hari PASKAH adalah “Kebangkitan Tuhan Yesus yang mengalahkan kuasa maut dan mematahkan belenggu dosa untuk memberikan jaminan KESELAMATAN bagi anak-anak-Nya yang percaya.

Memahami Simbol Liturgi dalam Liturgi Paskah

Air
Air dalam hidup sehari-hari berguna untuk membersihkan serta memberi kesegaran dan kehidupan bagi segala makhluk. Air juga menjadi tanda pembebasan dari perbudakan di Mesir. Dalam Perjanjian Lama kita ingat bahwa Israel diselamatkan dari kerajaan tentara Firaun-setelah menyeberangi laut Merah.
Alfa dan Omega
Alfa (A) dan Omega (O) adalah huruf pertama dan terakhir dalam abjad Yunani. Kedua huruf ini dipakai untuk melambangkan
a. Allah sebagai Awal dan Akhir, Asal dan tujuan segala sesuatu yang ada. Allah adalah Asal dan Tujuan hidup kita. Hal ini bisa kita baca misalnya pada kitab Wahyu 1:, “Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa”.
b. Keilahian Yesus Kristus sebagai Tuhan atas alam semesta dan segala zaman. Sebagai contoh bisa kita baca dalam kitab Wahyu 22:13, “Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir”.
Lambang ini kita jumpai, misalnya pada
A. kasula yang dipakai para imam;
B. lilin Paskah;
C. ilustrasi buku-buku rohani Katolik.
Seringkali Alfa dan Omega digambarkan bersama salib.
Anak Domba
Kita masih ingat cerita Paskah dalam Perjanjian Lama (misalnya Kel 12:1-28). Pada waktu itu Allah memerintahkan pada Musa untuk menyembelih seekor anak domba jantan berumur satu tahun dan mengoleskan darahnya pada daun pintu rumah orang-orang Israel. Rumah-rumah yang bertanda olesan darah anak domba akan dilewati Allah, artinya Allah tidak menjatuhkan hukuman mati bagi anak manusia dan hewan sulung yang ada dalam rumah itu.
Umat Perjanjian Baru menghubungkan gambaran anak domba Perjanjian Lama dengan Yesus Kristus yang dikorbankan untuk penebusan dosa manusia. Yohanes Pembaptis bersaksi tentang Yesus begini, “Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia”. Jadi, Anak Domba menjadi lambang Yesus Kristus sebagai penebus.
Kita sering melihat simbol anak domba ini baik sebagai gambar pada buku-buku Kristiani maupun sebagai hiasan pada hari raya Paskah. Kadang-kadang anak domba digambar bersama salib di sampingnya.
Api
Api adalah tenaga, energi. Api dalam kehidupan sehari-hari dipakai untuk memasak, memanaskan, dan membakar. Dalam kehidupan rohani, api menjadi tanda-tanda kehadiran Allah. Kita masih ingat, Musa melihat semak belukar menyala tetapi terbakar. Di situ Allah hadir dan menyatakan Diri-Nya pada Musa.
Dalam Perjanjian Baru, api menjadi lambang Roh Kudus yang memurnikan dan membakar semangat manusia. “Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul pada satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah di mana mereka duduk dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus (bdk. Kis 2:1-4). Sejak saat itu mereka berani dan bersemangat mewartakan Yesus dari Nazaret.
Daun Palma
Yesus masuk ke Yerusalem dengan menunggang keledai betina. Dia disambut dengan meriah oleh orang banyak. Ada yang menggelar pakainnya, ada yang membawa daun-daun, termasuk daun palma. Yesus disambut ibarat raja yang jaya sepulang memenangkan peperangan. Oleh karen itu, daun palma kerap dipakai sebagai lambang kemenangan bagi para martir yang mati syahid.
INRI
Inri merupakan singkatan dari Iesus Nazarenus Rex Iudaeorum “Yesus dari Nasaret Raja Orang Yahudi”. Dari mana kata-kata ini muncul? Setelah Yesus disalibkan, gubernur Pilatus memerintahkan supaya dipasang pada kayu salib sebilah papan dengan kata-kata tersebut yang ditulis dalam tiga bahasa: Yunani, Latin, dan Ibrani (bdk. Yoh 19:19-20). Tiga bahasa itulah yang dipakai sebagai bahasa komunikasi pada zaman Yesus.

VIGILI PASKAH

Seluruh Tahun Liturgi, baik ibadat maupun kehidupan kristiani berpusat pada misteri Paskah. Yang paling penting dari padanya adalah Vigili Paskah (kata latin vigilia berarti: malam berjaga) atau malam tirakatan sebelum hari raya Paskah, dirayakan mulai Sabtu sore sampai menjelang atau lewat tengah malam sebelum hari minggu Paskah. Santo Agustinus, Uskup kota Hippo di Afrika Utara (354-430) menyebut malam Paskah “induk segala vigili”.


Malam sebelum bangsa Israel dilepaskan dari perbudakan raja Firaun di Mesir, adalah malam penuh kenangan dan sarat makna. Dalam sejarah Israel malam itu selalu dikenang kembali dan dirayakan sebagai peringatan akan peristiwa keluaran yang bersejarah itu. “Malam itulah malam berjaga-jaga bagi Tuhan, untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Dan itulah juga malam berjaga-jaga bagi semua orang Israel, turun-temurun untuk kemuliaan Tuhan” (Kel 12:42). Yesus mengibaratkan penantian akan datangnya pembebasan pada akhir zaman atau pembebasan eskatologis dengan penantian sampai tengah malam oleh gadis-gadis yang menyongsong datangnya pengantin laki-laki seraya memegang pelita yang bernyala (Mat 25:1-3; Luk 12:35-40). Vigili Paskah menandakan sekaligus menciptakan sikap tetap berjaga-jaga umat kristiani.
Orang beriman kristiani haruslah selalu berjaga-jaga dan siap sedia dengan pelita bernyala di tangan dengan iman dan hidup suci untuk menyongsong Kristus. Dia akan datang untuk menjemput mereka memasuki perjamuan abadi. Pada malam Paskah umat berjaga-jaga dan menantikan saatnya untuk ambil bagian dalam Perayaan Ekaristi. Demikian juga seluruh hidup kristiani haruslah tetap merupakan kerinduan akan perjamuan abadi yang disediakan Kristus di Yerusalem surgawi.
Susunan Perayaan Malam Paskah adalah sebagai berikut:
1. Upacara Cahaya : Pemberkatan Api, Pemberkatan Lilin Paskah, Perarakan Lilin Paskah yang ditutup dengan Pujian Paskah (Exsultet).
2. Liturgi Sabda : Bacaan Perjanjian Lama (tersedia tujuh bacaan) dan Bacaan Perjanjian Baru (Epistola dan Injil)
3. Liturgi Pembaptisan : (Pemberkatan Air Baptis dan Pembaptisan), Pemberkatanan Air Suci, Pembaharuan janji Baptis.
4. Liturgi Ekaristi : Umat mengambil bagian dalam buah-buah keselamatan yang diperoleh Yesus Kristus melalui wafat dan kebangkitan-Nya.

Sejarah Kata "Easter" (PASKAH)

Easter (Inggris) berasal dari akar kata bahasa proto-Germanic yang memiliki arti “to rise” (atau bangkit). Dalam bahasa Jerman kontemporer kata “oest” dan dalam bahasa Inggris kata “east” — keduanya memiliki arti Timur — petunjuk arah saat matahari terbit (to rise — bangkit dari kegelapan malam) di pagi hari; ini menjadi akar kata untuk “Easter”. Fakta ini tidak hanya menunjuk pada kebangkitan Yesus dari kematian, namun juga kenaikan-Nya (to rise) ke Surga dan nanti saat kita terangkat (to rise) ke surga bersama-sama dengan Yesus Kristus saat Dia datang kembali untuk menghakimi dunia.
Ada sebagian orang yang tidak percaya dan menganggap tidak benar bahwa kata “Easter” berasal dari “Dewi Oestar” (Germanic) ataupun “Dewi Ishtar” (Babilon). Kedua dewi ini merupakan simbol kesuburan yang menunjukkan datangnya musim semi, kehidupan baru, dan pembaharuan. Penyimpangan kata “Ishtar” dapat dijumpai dalam Alkitab sebagai pahlawan wanita Yahudi yang bernama “Esther”, yang mengabaikan keselamatan nyawanya sendiri demi kepentingan bangsanya.


Menurut sejarah, kebangkitan Yesus merupakan saatnya bersukacita, bergembira dan penuh perayaan. Banyak gereja menggunakan warna-warna cerah untuk menghias mimbar dan altar dan biasanya warna putih dan emas. Putih melambangkan kesucian dan kebangkitan, emas melambangkan kemenangan. Beberapa gereja juga mengadakan jamuan pesta jemaat, yang mengingatkan bahwa jamuan pernikahan Anak Domba hanya dapat terjadi karena kematian Tuhan Yesus dan kebangkitan-Nya. Kebanyakan gereja mengulangi pernyataan yang diambil dari Injil dan telah dibakukan oleh Gereja di awal abad kedua: Dia telah bangkit! Sesungguhnya Dia telah bangkit! (He is Risen! He is Risen indeed!)

JADWAL PERAYAAN PEKAN SUCI & HARI RAYA PASKAH GEREJA KATEDRAL MAKASSAR

KAMIS, 21 APRIL 2011
KAMIS PUTIH
MISA 1 16.30 WITA
MISA 2 19.30 WITA

JUMAT, 22 APRIL 2011
JUMAT AGUNG
JALAN SALIB 08.30 WITA
MISA 1 15.00 WITA
MISA 2 18.30 WITA

SABTU, 23 APRIL 2011
SABTU SUCI
MISA 1 18.00 WITA
MISA 2 21.30 WITA

MINGGU, 24 APRIL 2011
MINGGU PASKAH
MISA 1 06.30 WITA
MISA 2 08.30 WITA
MISA 3 11.00 WITA
MISA 4 16.30 WITA
MISA 5 18.30 WITA

Minggu, 17 April 2011

Kamis Putih

Kamis Putih adalah Kamis sebelum Paskah, pada Hari Raya Pekan Suci ini umat Kristen memperingati Perjamuan Malam terakhir yang dipimpin oleh Yesus. Hari ini adalah salah satu hari terpenting dalam kalender Gereja. Ini adalah hari pertama dari hari raya Paskah, yang dimulai pada pukul enam sore, dan berlangsung tujuh hari.Hari kamis putih ini juga disebut Kamis Suci (Inggris : Holy Thursday)

Ritual Perjamuan Malam setelah ini pada setiap misa atau kebaktian diperingati sebagai perayaan Ekaristi atau perjamuan kudus. Pada misa malam ini, pastur juga mencuci kaki umat sebagai peringatan Yesus yang mencuci kaki para muridnya dalam perjamuan terakhir, pelayanan Yesus di dunia sebelum kematiannya.

Sebutan Kamis yang berbeda di berbagai negara


Penggunaan nama-nama "Maundy Thursday", "Holy Thursday" dan yang lainnya berbeda-beda di tempat-tempat yang berbeda pula. Yang menjadi pertimbangan dan memengaruhi 'nama-nama' itu adalah budaya setempat terkait geografis dan kesepakatan saja. Di Inggris jelas dipakai "Maundy Thursday" , namun jarang dipakai pada konteks Irlandia dan Skotlandia. Biasanya umat juga menghitungnya berdasarkan teknik kalender setempat. Gereja Anglikan memakai nama "Maundy Thursday" dalam buku tata ibadahnya, dan menganggap nama "Holy Thursday" nama alternatif untuk Hari Kenaikan. Tetapi di luar tata ibadah resminya, Jemaat Anglikan kadang-kadang memakai nama "Holy Thursday" diperuntukkan hari sebelum Jumat Agung.Gereja Katolik Roma, bahkan di negara-negara dengan "Maundy Thursday" menjadi nama di undang-undangnya, menggunakan nama "Holy Thursday" dalam Buku Ibadah resmi bahasa Inggris ; tetapi, kecuali dalam teks-teks ini, Umat Katolik Roma kadang-kadang memakai "Maundy Thursday", khususnya di Inggris.Persekutuan Gereja Metodis menggunakan nama "Holy Thursday!" di dalamnya Ibadahnya, tetapi dalam sumber resmi, ini digunakan baik "Maundy Thursday" dan "Holy Thursday". Kedua nama itu digunakan oleh denominasi Kristen sama seperti itu, termasuk Gereja Luteran atau porsi Gereja Reformasi. Gereja Presbiterian menggunakan sebutan "Maundy Thursday" untuk menunjukkan hari yang kudus dalam sumber resminya. Dalam Gereja Ortodoks Timur, nama untuk hari suci, dalam Ritus Bizantine, "Great and Holy Thursday" atau "Holy Thursday", dan di Ritus Gereja Barat "Maundy Thursday", "Holy Thursday" atau keduanya. Gereja Koptik Ortodoks menggunakan nama "Maundy





Dasar Teologi
Pelayanan Kamis Putih secara tradisional dan menyejarah dapat mengenangkan kita pada peristiwa-peristiwa di mana Yesus mendekati masa-masa kematian-Nya.Peristiwa-peristiwa yang sangat kaya makna dan penting. buli-buli dan mengusapnya dengan rambutnya.Ini juga pengenangan akan perjamuan malam yang dilakukan Yesus, akhir masa Yesus berbagi roti dengan para murid. Ini adalah tanda dari keteladanan Yesus yang mereka semua pengikutnya menyebutnya pelayan. dan ini juga pengenangan akan pengkianatan yang dilakukan Petrus dan juga Yudas.

Ibadah Kamis Putih adalah pelayanan doa, menggambarkan peran Yesus yang telah datang ke dunia membawa terang, terang yang segera padam. Pelayanan ini memiliki sebuah karunia sebagai garis luarnya sebagai sebuah lingkaran; terang (cahaya)-pelayanan-Perjamuan Kudus-pelayanan-terang. Terang Allah adalah terang dari penciptaan dan terang Kristus. Di dalam terang Kristus kita menemukan sebuah pesan, "Melayani"!

Pembasuhan Kaki dalam Kamis Putih
Perintah untuk melakukan pembasuhan kaki ini hanya terdapat dalam Injil Yohanes dan tidak terdapat dalam Injil sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas lainnya. Kaki adalah bagian yang kotor dalam tubuh manusia. Kaki manusia menginjak debu tanah. Pembasuhan merupakan sebuah bentuk dari simbolisasi tata gerak. Kegiatan membasuh kaki adalah hal yang sudah biasa dilakukan oleh orang Yahudi pada zaman Yesus. Proses pembasuhan kaki itu biasanya dilakukan oleh bawahan terhadap atasan. Dalam dunia Yunani, pembasuhan kaki adalah hal yang hina, yang biasa dilakukan oleh budak.

Namun yang istimewa di sini, pembasuhan kaki ini dilakukan oleh Yesus yang adalah Guru kepada murid-muridnya.Yesus melakukan sebuah ritual yang biasa dilakukan dengan cara yang tidak berbeda.Yesus melakukan pekerjaan yang seharusnya tidak layak dilakukan oleh seorang Guru. Tata gerak membasuh kaki ini menyimbolkan suatu teladan untuk merendahkan diri dan melayani. Yesus melakukan pekerjaan yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang Guru kepada murid-Nya. Tata gerak membasuh kaki ini menyimbolkan suatu teladan untuk merendahkan diri dan melayani.


Tindakan Yesus membasuh kaki merupakan tindakan simbolis yang menyimbolkan penyerahan diri, pembersihan, pengampunan, pembaharuan, kemuridan dan ibadah.Penyerahan diri yang dimaksudkan adalah penyerahan diri Yesus dalam kematian untuk membersihkan orang lain. Pembasuhan kaki yang Yesus lakukan juga menyimbolkan kerendahan hati dan keinginan untuk menjadi hamba yang mau melayani orang yang hina sekalipun.

Minggu palma

Minggu Palma adalah hari raya Kristen yang selalu jatuh pada hari Minggu sebelum Paskah. Perayaan ini ada pada empat Ayat, yaitu Markus 11:1-11, Matius 21:1-11, Lukas 19:28-44 dan Yohanes 12:12-19. Perayaan ini merupakan perayaan masuknya Yesus ke kota Yerusalem sebelum ia disalibkan. Masuknya Yesus ke kota suci atau Yerusalem adalah hal yang istimewa, sebab terjadinya hanya sekali seumur hidup Yesus. Itulah sebabnya Minggu Palma disebut pembuka pekan suci, yang berfokus pada pekan terakhir Yesus di kota Yerusalem.Dalam liturgi Minggu Palem, umat dibagikan daun palem dan ruang gereja dipenuhi ornamen palem.


Simbol Palem dalam Minggu Palma
Daun palem adalah simbol dari kemenangan. Daun palem ini membawa arti ke arah simbol Kristen. Daun palem digunakan untuk menyatakan kemenangan martir atas kematian. Martir sering digambarkan dengan daun pelem di antara tempat atau tambahan untuk instrumen dari kesyahidan. Kristus kerap kali menunjukkan hubungan daun palem sebagai simbol kemenangan atas dosa dan kematian. Lebih jelas lagi, hal itu diasosiasikan dengan kejayaan-Nya memasuki Yerusalem, ( Yohanes 12:12-13).

Daun palem memiliki warna hijau, hijau adalah warna dari tumbuh-tumbuhan dan musim semi. Oleh karena itu simbol kemenangan dari musim semi diatas musim salju atau kehidupan di atas kematian, menjadi sebuah campuran dari kuning dan biru itu juga melambangkan amal dan registrasi dari pekerjaan jiwa yang baik.

Saat Minggu Palma, umat melambai-lambaikan daun palem sambil bernyanyi. Hal ini menyatakan keikutsertaan umat bersama Yesus dalam arak-arakan menuju Yerusalem. Ini menyatakan tujuan yang akan dicapai pada masa yang akan datang: kota Allah, di mana ada kedamaian.