Bacaan Hari Minggu kemarin mengawali seluruh permenungan kita pada minggu ini dengan kisah tentang syarat-syarat mengikuti Yesus. Yesus bilang, barangsiapa yang tidak memikul salibnya dan mengikuti aku, ia tidak dapat menjadi muridku. Saya membayangkan dua syarat utama ini sebagai sepasang sepatu Yesus, sepatu kemuridan. Anda tentu ingat pepatah terkenal ini : "If you want to know how I am, walk a mile with my soes" jika kamu pingin tahu dan kenal siapa aku, berjalanlah satu mil dengan sepatuku sendiri. Untuk tahu dan mengenal Yesus hal yang sama juga berlaku yakni memakai 'sepatu' yang ia pakai.
Sepatu pertama adalah 'memikul salib'. Salib jangan dipikir sebagai penderitaan melulu walaupun penderitaan juga bagian dari salib. Salib adalah segala hal yang tidak mengenakkan, segala resiko yang harus kita tanggung akibat pilihan kita untuk mencintai dan melaksanakan kehendak Allah. Kalau anda membaca seluruh Injil Markus, Yesus menjalani jalan salib sepanjang hidupnya. Sejak ia di padang gurun, komitmennya dirongrong oleh godaan kuasa, harta dan kesenangan. Dalam karyanya Ia digoda untuk memperkenalkan diri sebagai Mesias lebih pada tanda-tanda mukjizat daripada cinta kasih yang kelak juga ia akan buktikan saat wafat di salib. Ia bahkan digoda untuk turun dari salib juga. Memikul salib sekalil lagi adalah seluruh pengalaman yang harus kita tanggung akibat pilihan kita untuk mencintai seperti Yesus.
akan tetapi, pengalaman yang tidak enak itu diubah menjadi berkat dan diubah menjadi pengalaman yang membahagiakan kalau kita memakai sepatu yang kedua: mengikuti Yesus. Lucu dan tidak enak bukan kalau hanya memakai sepatu sebelah saja? Maka sepatu kedua adalah pribadi Yesus sendiri. Jangan memisahkan sepatu pertama dari yang kedua ini; salib dari pribadi Yesus sendiri. Mengikuti Yesus berarti hidup seturut cara hidupnya yakni berpikir dan bertindak seperti Dia. Untuk tahu bagaimana cara pikir dan cara Dia bertindak, bacalah Injil. Sekarang bagi kita umat Katolik, adalah bulan kitab suci. Sudahkan anda meluangkan waktu untuk membaca dan merenungkan Injil sejenak? Kalau belum, ambil dan bacalah agar anda bisa terus berlangkah menyusuri jalan dan petualangan hidup anda di dunia ini dengan lebih nyaman.
Kemarin sore setelah membetulkan beberapa sepeda di Wisma Xaverian Yogyakarta, saya bergegas mandi karena sudah janjian dengan seorang calon frater untuk berdoa rosario berdua. Waktu saya naik ke lantai III di mana saya menjemur pakian saya, saya kepalang kaget melihat air sudah tergenang setinggi tumit kaki saya. Rupanya bandul tower air rusak sehingga pompanya tidak mau berhenti, jadilah air meluap tanpa seorangpun tahu. Tanpa pikir panjang saya segera mengambil ember dan gayung untuk menyelamatkan lantai III itu. Saya khwatir sekali kalau air itu merembes melaui plafon dan juga merusak instalasi listrik. Satu setengah jam saya dan dan tiga orang calon frater yang membantu berjuang mengeringkan lantai III itu. Saya rasakan seperti 'memndahkan air laut saja. Kok gak abis-abisnya!". Akhirnya air itu berhasil dikeringkan. Malam kemarin sungguh melelahkan bagi saya. Selain itu saya merasakan malam itu beberapa kegiatan yang saya rencanakan batal, tapi saya tetap merasa senang. Kepada tiga orang teman itu saya katakan, "yah...kita sebenarnya, tidak memutus doa atau batal berdoa tapi sebenarnya melanjutkan doa-doa kita dengan pekerjaan itu. Saya sendiri yakin akan hal itu. Inilah contoh sederhana bagaimana mencintai. Menanggung hal-hal yang tidak enak seperti perasaan lelah, atau mungkin kecewa itulah salib yang mesti dipikul dalam kegembiraan cinta.
Saya yakin, dengan terus memakai sepasang sepatu Yesus, hidup kita terus bahagia dan menjadi berkah bagi orang lain. Dengan sepatu yang sama pula, bahkan kita bisa bukan saja memindahkan air, tapi juga memindahkan air laut. Dalam cinta sejati, segala sesuatu mungkin saja dilakukan.
Salam,
ronald,s.x.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar