Renungan Natal 2011
Tahun B
Oleh Pastor Paulus Tongli, Pr
Akhirnya natal tiba. Empat minggu masa Adven telah kita lalui,
masa di mana kita menanti dan berdoa memohon rahmat natal. Dan kini natal telah
tiba. Hari ini para malaikat mewartakan kabar gembira akan kesukaan yang besar
bagi semua bangsa, bagi kita telah lahir seorang penyelamat di kota Daud, yaitu Kristus
Tuhan. Kabar gembira ini diperuntukkan bagi semua umat Allah. Sebagai umat
Allah kita memiliki kegembiraan dan damai sejahtera yang dibawa oleh kelahiran
Kristus ke dunia. Tetapi bagaimana saya secara pribadi masuk ke dalam
“kegembiraan besar” natal? Natal mewartakan “kegembiraan bagi dunia”, ya,
tetapi bagaimana saya menjadikan kegembiraan ini menjadi kegembiraanku? Ini
adalah pertanyaan yang penting, karena meskipun Allah telah menyatakan
kegembiraan kepada seluruh dunia, masih tetap ada begitu banyak orang di antara
kita yang tidak ikut serta di dalam aliran kegembiraan ini, banyak orang dari
antara kita yang tidak mengetahui bagaimana melibatkan diri di dalam
kegembiraan ini dan menjadikannya kegembiraan pribadi.
Seorang misionaris bekerja di sebuah perkampungan, yang
memiliki kesulitan akan air bersih. Orang berjalan berkilo-kilo meter untuk
mencapai sungai terdekat untuk mengambil air. Dengan dorongan dari misionaris
itu, warga kampung berusaha untuk membuat sumur bor. Dengan bantuan pemerintah
setempat, mereka akhirnya berhasil membuat lubang sumur dengan mata bor di
tengah kampung. Sementara itu misionaris itu telah meninggalkan kampung. Dengan
segera para warga kampung dapat menikmati air yang segar dan bersih berkat
sumur bor itu. Maka mereka menulis surat kepada misionaris itu untuk datang dan
mengunjungi warga kampung itu. Pada waktunya, datanglah misionaris itu ke
kampung. Ada kegembiraan yang besar yang disebabkan oleh hadirnya sumur bor di
tengah kampung itu. Misionaris itu bergembira bersama mereka akan sumur bor itu
yang telah memberikan apa yang selama ini mereka dambakan. Ia berkeliling kampung
untuk mengunjungi semua warga yang masih dikenalnya. Ia memasuki rumah seorang
wanita tua dan meminta kepadanya untuk memberikan secangkir air sejuk untuk
diminum. Misionaris itu begitu terkejut ketika wanita tua itu mengatakan bahwa
ia tidak punya air di rumah. “tetapi kampung sudah memiliki sumur bor” kata
misionaris itu. “Ya” jawab wanita itu, “tetapi cucuku yang tinggal bersamaku
tidak mau mengambil air. Ia hanya bermain-main sepanjang hari”.
Begitulah, kita lihat bahwa sangat mungkin orang dapat mati
kehausan di tengah sebuah kampung yang memiliki sumur dengan air berlimpah.
Mengapa? Karena tidak mungkin air sumur itu masuk kedalam rumah tanpa ada orang
yang mengambilnya, tanpa menggerakkan kaki untuk pergi ke sumur itu dan menimba
air dari sumur yang telah tersedia itu. Air itu menjadi hak setiap orang,
tetapi setiap orang perlu melakukan sesuatu untuk mengklaim haknya sebelum
menjadi miliknya pribadi, sebelum air itu secara nyata menghilangkan rasa haus.
Demikianlah juga kabar gembira akan kesukaan yang besar yang Allah tunjukkan
kepada dunia pada hari natal. Kita masih perlu melakukan sesuatu, melakukan
sedikit usaha, sebelum secara pribadi mengalami kegembiraan itu di dalam hidup
kita, di dalam keluarga kita, dan di dalam dunia kita.
Apa yang dapat kita buat? Mudah untuk menjelaskan, tetapi
sulit untuk melaksanakannya. Kata JOY terdiri dari 3 huruf: J – O – Y. Huruf J
adalah singkatan dari Jesus, O adalah Others dan Y adalah You. Joy adalah
Jesus, Others, before You. Yesus, Orang Lain sebelum Engkau. Untuk mengetahui
joy, kegembiraan, di dalam hidup kita perlulah kita menempatkan Yesus di atas
segalanya. Kedua kita perlu mencoba untuk mempersilakan orang lain sebelum kita
mempersilakan diri kita. Inilah resep untuk kegembiraan. Itulah cara untuk
mengubah kegembiraan natal “damai sejahtera di dunia” menjadi kegembiraan kita
pribadi “damai sejahtera di dalam diriku” kini dan selalu.
Saat kita mendengarkan ceritera natal, baiklah kita memberi
perhatian kepada berbagai macam orang dan kelompok orang yang disebut dan
memperhatikan apakah mereka menempatkan Yesus dan orang lain sebelum mereka
atau apakah mereka pertama-tama mencari kepentingan mereka sendiri. Kita akan
menemukan bahwa mereka yang mempraktekkan JOY adalah orang yang menikmati damai
sejahtera itu, dan bahwa mereka yang pertama-tama mencari kepentingan diri
sendiri selalu tidak senang dan jauh dari damai sejahtera.
Di sekitar peristiwa
natal terungkap beberapa contoh. Di satu sisi ada para penjaga penginapan yang
menolak Yosef dan Maria di malam yang dingin sementara mereka menikmati
kehangatan di dalam penginapan itu. Ada
juga raja Herodes yang ingin menjamin keamanan dirinya sebagai raja sehingga ia
tega untuk memerintahkan pembunuhan bayi-bayi yang lahir, agar Yesus pun
terbunuh. Orang-orang seperti ini tidak akan pernah dapat mengalami kegembiraan
yang diwartakan malaikat itu. Di sisi lain, ada para gembala yang setelah
mendengar kabar malaikat serta merta meninggalkan segala milik mereka di padang
dan pergi mencari bayi yang baru lahir itu untuk menyembahNya. Atau para majus,
orang-orang bijaksana dari Timur yang karena melihat petunjuk alam semesta, meninggalkan
kemapanan di negeri mereka dan menempuh perjalanan yang panjang dan berbahaya
menuju Betlehem untuk menyembah Yesus, Raja yang baru lahir serta
mempersembahkan kepada-Nya hal-hal yang mereka anggap berharga.
Mereka inilah
yang di dalam Kitab Suci ditampilkan sebagai yang menyadari dan menerima
anugerah Allah, dan karenanya mengalami di dalam hati mereka kedamaian yang
sejati dari natal. Setiap merayakan natal, kita diajak untuk membongkar
sekat-sekat egoisme kita dan menggantinya dengan solidaritas dengan sesama. Marilah
kita meneladan para gembala dan para bijaksana dari timur dengan selalu
menempatkan Yesus dan orang lain sebelum diri kita, sehingga kegembiraan natal
dapat selalu menjadi bagian hidup kita. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar