Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Rabu, 28 Desember 2011

Renungan Malam Natal


Renungan Natal 2011
Tahun B
Oleh Pastor Paulus Tongli, Pr
Akhirnya natal tiba. Empat minggu masa Adven telah kita lalui, masa di mana kita menanti dan berdoa memohon rahmat natal. Dan kini natal telah tiba. Hari ini para malaikat mewartakan kabar gembira akan kesukaan yang besar bagi semua bangsa, bagi kita telah lahir seorang penyelamat di kota Daud, yaitu Kristus Tuhan. Kabar gembira ini diperuntukkan bagi semua umat Allah. Sebagai umat Allah kita memiliki kegembiraan dan damai sejahtera yang dibawa oleh kelahiran Kristus ke dunia. Tetapi bagaimana saya secara pribadi masuk ke dalam “kegembiraan besar” natal? Natal mewartakan “kegembiraan bagi dunia”, ya, tetapi bagaimana saya menjadikan kegembiraan ini menjadi kegembiraanku? Ini adalah pertanyaan yang penting, karena meskipun Allah telah menyatakan kegembiraan kepada seluruh dunia, masih tetap ada begitu banyak orang di antara kita yang tidak ikut serta di dalam aliran kegembiraan ini, banyak orang dari antara kita yang tidak mengetahui bagaimana melibatkan diri di dalam kegembiraan ini dan menjadikannya kegembiraan pribadi. 

Seorang misionaris bekerja di sebuah perkampungan, yang memiliki kesulitan akan air bersih. Orang berjalan berkilo-kilo meter untuk mencapai sungai terdekat untuk mengambil air. Dengan dorongan dari misionaris itu, warga kampung berusaha untuk membuat sumur bor. Dengan bantuan pemerintah setempat, mereka akhirnya berhasil membuat lubang sumur dengan mata bor di tengah kampung. Sementara itu misionaris itu telah meninggalkan kampung. Dengan segera para warga kampung dapat menikmati air yang segar dan bersih berkat sumur bor itu. Maka mereka menulis surat kepada misionaris itu untuk datang dan mengunjungi warga kampung itu. Pada waktunya, datanglah misionaris itu ke kampung. Ada kegembiraan yang besar yang disebabkan oleh hadirnya sumur bor di tengah kampung itu. Misionaris itu bergembira bersama mereka akan sumur bor itu yang telah memberikan apa yang selama ini mereka dambakan. Ia berkeliling kampung untuk mengunjungi semua warga yang masih dikenalnya. Ia memasuki rumah seorang wanita tua dan meminta kepadanya untuk memberikan secangkir air sejuk untuk diminum. Misionaris itu begitu terkejut ketika wanita tua itu mengatakan bahwa ia tidak punya air di rumah. “tetapi kampung sudah memiliki sumur bor” kata misionaris itu. “Ya” jawab wanita itu, “tetapi cucuku yang tinggal bersamaku tidak mau mengambil air. Ia hanya bermain-main sepanjang hari”. 

Begitulah, kita lihat bahwa sangat mungkin orang dapat mati kehausan di tengah sebuah kampung yang memiliki sumur dengan air berlimpah. Mengapa? Karena tidak mungkin air sumur itu masuk kedalam rumah tanpa ada orang yang mengambilnya, tanpa menggerakkan kaki untuk pergi ke sumur itu dan menimba air dari sumur yang telah tersedia itu. Air itu menjadi hak setiap orang, tetapi setiap orang perlu melakukan sesuatu untuk mengklaim haknya sebelum menjadi miliknya pribadi, sebelum air itu secara nyata menghilangkan rasa haus. Demikianlah juga kabar gembira akan kesukaan yang besar yang Allah tunjukkan kepada dunia pada hari natal. Kita masih perlu melakukan sesuatu, melakukan sedikit usaha, sebelum secara pribadi mengalami kegembiraan itu di dalam hidup kita, di dalam keluarga kita, dan di dalam dunia kita. 

Apa yang dapat kita buat? Mudah untuk menjelaskan, tetapi sulit untuk melaksanakannya. Kata JOY terdiri dari 3 huruf: J – O – Y. Huruf J adalah singkatan dari Jesus, O adalah Others dan Y adalah You. Joy adalah Jesus, Others, before You. Yesus, Orang Lain sebelum Engkau. Untuk mengetahui joy, kegembiraan, di dalam hidup kita perlulah kita menempatkan Yesus di atas segalanya. Kedua kita perlu mencoba untuk mempersilakan orang lain sebelum kita mempersilakan diri kita. Inilah resep untuk kegembiraan. Itulah cara untuk mengubah kegembiraan natal “damai sejahtera di dunia” menjadi kegembiraan kita pribadi “damai sejahtera di dalam diriku” kini dan selalu. 

Saat kita mendengarkan ceritera natal, baiklah kita memberi perhatian kepada berbagai macam orang dan kelompok orang yang disebut dan memperhatikan apakah mereka menempatkan Yesus dan orang lain sebelum mereka atau apakah mereka pertama-tama mencari kepentingan mereka sendiri. Kita akan menemukan bahwa mereka yang mempraktekkan JOY adalah orang yang menikmati damai sejahtera itu, dan bahwa mereka yang pertama-tama mencari kepentingan diri sendiri selalu tidak senang dan jauh dari damai sejahtera. 

Di sekitar peristiwa natal terungkap beberapa contoh. Di satu sisi ada para penjaga penginapan yang menolak Yosef dan Maria di malam yang dingin sementara mereka menikmati kehangatan di dalam penginapan itu. Ada juga raja Herodes yang ingin menjamin keamanan dirinya sebagai raja sehingga ia tega untuk memerintahkan pembunuhan bayi-bayi yang lahir, agar Yesus pun terbunuh. Orang-orang seperti ini tidak akan pernah dapat mengalami kegembiraan yang diwartakan malaikat itu. Di sisi lain, ada para gembala yang setelah mendengar kabar malaikat serta merta meninggalkan segala milik mereka di padang dan pergi mencari bayi yang baru lahir itu untuk menyembahNya. Atau para majus, orang-orang bijaksana dari Timur yang karena melihat petunjuk alam semesta, meninggalkan kemapanan di negeri mereka dan menempuh perjalanan yang panjang dan berbahaya menuju Betlehem untuk menyembah Yesus, Raja yang baru lahir serta mempersembahkan kepada-Nya hal-hal yang mereka anggap berharga. 

Mereka inilah yang di dalam Kitab Suci ditampilkan sebagai yang menyadari dan menerima anugerah Allah, dan karenanya mengalami di dalam hati mereka kedamaian yang sejati dari natal. Setiap merayakan natal, kita diajak untuk membongkar sekat-sekat egoisme kita dan menggantinya dengan solidaritas dengan sesama. Marilah kita meneladan para gembala dan para bijaksana dari timur dengan selalu menempatkan Yesus dan orang lain sebelum diri kita, sehingga kegembiraan natal dapat selalu menjadi bagian hidup kita. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar