Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Kamis, 15 Desember 2011

Menjadi Bunda Kristus

        Hari Minggu Adven IV
       Oleh: P. Paulus Tongli, Pr
 
 

Beberapa pendamping sekolah minggu suatu saat sedang mempersiapkan anak-anaknya untuk bermain drama natal. Si kecil Cynthia tidak menyukai perannya. Ia ingin bertukar peran dengan temannya Monika. Ketika pendampingnya bertanya kepadanya, mengapa ia ingin bertukar peran, ia menjawab, “Karena lebih mudah memerankan malaikat daripada Maria, ibu Tuhan.” Jawaban Cynthia tentu saja benar. Menjadi bunda Kristus bukanlah suatu hal yang mudah. Sulit, tetapi itulah yang senyatanya menjadi panggilan kita. Kita dapat mengatakan, bahwa meskipun Yesus telah lahir di Bethlehem, tetapi keinginan-Nya yang sesungguhnya adalah untuk lahir di dalam hati orang-orang yang mempercayai-Nya, untuk dihadirkan di dalam diri orang-orang yang mempercayai-Nya.

Bunda Kristus adalah gelar yang biasanya kita terapkan pada Maria. Tetapi Maria adalah ibu Kristus di dalam dua arti. Ia adalah ibu Kristus secara fisik, karena ia telah mengandung dan melahirkan Kristus. Ini adalah peran yang tidak akan dapat terulang dan suatu kehormatan yang tidak akan dapat diambil oleh orang lain dari padanya. Tetapi ia juga adalah ibu Kristus di dalam arti spiritual. Di dalam makna spiritual ini peran menjadi ibu Kristus dapat di lakoni oleh setiap orang Kristen. Kita semua tua-muda, laki-laki-perempuan dapat dan seharusnya menjadi bunda Kristus. Penyebutan orang-orang Kristen sebagai ibu Kristus sangatlah lazim di kalangan para mistikus kristiani. Seorang mistikus, imam Dominikan, yaitu Meister Eckhart, berkata bahwa Allah menciptakan jiwa manusia untuk melahirkan putera-Nya, agar bilamana kelahiran itu terjadi, kelahiran itu akan memberikan kegembiraan yang lebih bersar kepada Allah daripada kegembiraan pada saat penciptaan langit dan bumi.

Apakah itu menjadi ibu spiritual dari Kristus, dan bagaimana hal itu dapat terjadi? Untuk menjawab pertanyaan ini perlulah kita kembali kepada Kristus sendiri.

“Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya: “Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau.” Jawab Yesus kepada mereka: “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” (Mrk 3:31-35)

Hal ini menunjukkan bahwa (a) Yesus mengharapkan para pengikut-Nya untuk tidak hanya menjadi saudara dan saudari-Nya, tetapi juga menjadi ibu-Nya, dan (b) cara untuk menjadi ibu Yesus adalah dengan melakukan kehendak Allah. Menjadi ibu spiritual bagi Yesus terletak pada jawaban positif kita terhadap Allah, juga ketika tampaknya Tuhan meminta dari kita hal yang secara manusiawi kelihatannya tidak mungkin, seperti meminta Maria untuk menjadi ibu perawan. Untuk menjadi ibu Kristus perlulah kita berdoa seperti doa Maria: “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku seturut perkataanmu” (Luk 1:38).

Doa Maria tersebut saat ini dikenal sebagai doa yang terindah. Doa inilah yang telah membawa Allah turun dari surga dan tinggal di dalam jiwa dan badan seorang wanita yang sederhana. Doa inilah yang telah memungkinkan terjadinya sebuah peristiwa yang terbesar di dalam sejarah manusiawi, peristiwa Allah menjadi manusia di dalam diri Yesus. Doa inilah yang telah sejarah manusia secara permanen sejak 2000 tahun yang lalu. Doa ini sangat berbeda dengan doa yang biasa, doa di mana kita mencoba untuk mempengaruhi Allah melakukan kehendak kita. Doa yang biasanya kita panjatkan sebenarnya berisi, “Kehendak/keinginankulah yang terjadi,” sementara doa Maria sungguh berisi kepasrahan, “Kehendak-Mulah yang terjadi.”

Si kecil Cynthia dalam ceritera pembukaan tadi memang benar. Memang tidak mudah untuk menjadi ibu Kristus. Tetapi kutipan injil hari ini telah menunjukkan caranya. Caranya ialah: mendengarkan sabda Allah dan mengatakan ya kepada Allah juga ketika tampaknya kehendak Allah itu bertentangan dengan semua rencana dan harapan kita akan masa depan kita. Dengan semakin dekatnya hari natal, Maria mengingatkan kita bahwa natal yang terbaik, dan merupakan natal yang sesungguhnya, ialah kalau kita tidak hanya mengenangkan kelahiran Kristus di kota kecil Bethlehem, tetapi mensyukuri kelahiran Kristus di kedalaman hati kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar