Apa makna simbolis dari Lingkaran Adven? Kita lihat unsur-unsurnya satu persatu.
[a] Bentuk lingkaran itu sendiri melambangkan perputaran waktu, kepenuhan waktu, simbol kesempurnaan, kekekalan dan kesetiaan. ...Beberapa dekorator liturgis tidak lagi membuat bentuk lingkaran sehingga lebih tepat simbol itu disebut “rangkaian Adven”.
Sebagai suatu rangkaian maka penekanannya lebih pada unsur dekoratif simbol itu dalam perayaan Adven (baik dalam kegiatan devosional maupun liturgis). Konsekuensi selanjutnya, unsur-unsur lainnya pun tidak harus seperti yang secara tradisional dipilih. Misalnya, daun cemara diganti daun lain, bahkan bunga.
Kita lihat lagi unsur-unsur tradisional lainnya.
[b] Daun cemara hijau yang masih segar (evergreen) yang meliliti lingkaran melambangkan
kesetiaan dan harapan, yang terus bertahan hidup meski musim dingin sekalipun, saat
dedaunan lain ronto...k tak tahan cuaca. Kadang-kadang daun-daun itu dililiti pita atau
kain, dan dihiasi asesori.
[c] Empat lilin adalah simbol empat pekan menjelang Natal, namun juga simbol seluruh waktu menjelang kedatangan Kristus kembali (parousia). Tak ada aturan tentang warna lilin tetapi sebaiknya berwarna sama, umumnya putih, apalagi jika untuk dipasang di gereja sehingga berfungsi sebagai lilin liturgis.
Namun, meskipun itu tidak relevan, sudah lazim juga dipakai tiga lilin ungu dan satu merah jambu, karena warna-warna itu sebenarnya berlaku untuk busana liturgis/Misa. Di suatu tempat pernah dipasang lima lilin. Entah, itu kebiasaan dari mana. Katanya, lilin kelima dinyalakan pada saat malam Natal. Agak aneh juga sebenarnya, apakah arti lilin kelima itu? Simbol Yesus Kristus sendirikah? Padahal yang dimaksud dengan empat lilin itu adalah suatu masa (empat pekan dan seluruh waktu menjelang parousia). Lagipula, simbol lilin sebagai Kristus sudah digunakan secara khusus pada Malam Paskah.
Makna simbolis dari lingkaran Adven sebaiknya ditopang dengan pilihan materi yang cocok dan bisa melukiskan makna simbol itu. Maka, perlu kita perhatikan kualitas materinya. Misalnya, sudah sepantasnya bahan-bahan yang dipakai adalah bahan ...asli, alami, sesuai dengan makna perlambangannya. Jadi, janganlah memilih bahan-bahan imitasi (lilin listrik, daun plastik), usahakan yang asli dan segar (tidak kering/kotor/berdebu, daun tidak diganti bunga/buah/ranting, dsb).
Bagaimana penggunaannya? Bisa saja lingkaran Adven hanya dianggap sebagai asesori atau dekorasi untuk mendukung Masa Adven. Mungkin hal itu belum cukup. Sebaiknya diadakan juga ritual khusus alias tindakan simbolis untuk atau dengan lingkaran itu. Misalnya, satu per satu pada setiap awal pekan (Minggu) lilin itu dinyalakan sebagai lambang makin memuncaknya harapan dan menambah cahaya hingga kedatangan Sang Cahaya. Penyalaan itu mengungkapkan kedatangan Kerajaan Allah yang setahap demi setahap. Ketika menyalakan, kita mengungkapkan harapan kita akan Kerajaan Allah itu dan komitmen kita untuk mewujudkannya di dunia ini.
Sejak semula memang lingkaran Adven digunakan untuk kegiatan devosional di rumah-rumah keluarga. Kemudian dimasukkan dalam gedung gereja dan menjadi bagian liturgi. Hingga sekarang pun kita bisa melihat praktek itu baik dalam rumah keluarga maupun gedung gereja. Namun, pihak pimpinan Gereja (Takhta Suci) sendiri tidak mewajibkan penggunaan lingkaran Adven dalam perayaan-perayaan liturgis selama Masa Adven.
Kreativitas dan penggunaan lingkaran Adven di rumah dan gereja bisa saja dibedakan. Misalnya sebagai berikut:
Di rumah-rumah:
a. ukuran lingkarannya sesuai dengan ruangan; ...
b. kreativitas bahan lebih terbukac dinyalakan dalam suatu doa bersama seluruh keluarga pada Sabtu petang, menjelang gelap.
Di gereja:
a. ukuran yang cukup bisa dilihat banyak umat, sehingga simbolisasinya lebih hidup;
b. warna lilin semuanya putih, bermakna kemuliaan, kegembiraan, kebangkitan;
c. bisa juga dinyalakan dalam suatu ritus sederhana di bagian awal Misa pada setiap awal pekan (Minggu), bukan sekedar dinyalakan oleh putra altar atau koster.
[a] Bentuk lingkaran itu sendiri melambangkan perputaran waktu, kepenuhan waktu, simbol kesempurnaan, kekekalan dan kesetiaan. ...Beberapa dekorator liturgis tidak lagi membuat bentuk lingkaran sehingga lebih tepat simbol itu disebut “rangkaian Adven”.
Sebagai suatu rangkaian maka penekanannya lebih pada unsur dekoratif simbol itu dalam perayaan Adven (baik dalam kegiatan devosional maupun liturgis). Konsekuensi selanjutnya, unsur-unsur lainnya pun tidak harus seperti yang secara tradisional dipilih. Misalnya, daun cemara diganti daun lain, bahkan bunga.
Kita lihat lagi unsur-unsur tradisional lainnya.
[b] Daun cemara hijau yang masih segar (evergreen) yang meliliti lingkaran melambangkan
kesetiaan dan harapan, yang terus bertahan hidup meski musim dingin sekalipun, saat
dedaunan lain ronto...k tak tahan cuaca. Kadang-kadang daun-daun itu dililiti pita atau
kain, dan dihiasi asesori.
[c] Empat lilin adalah simbol empat pekan menjelang Natal, namun juga simbol seluruh waktu menjelang kedatangan Kristus kembali (parousia). Tak ada aturan tentang warna lilin tetapi sebaiknya berwarna sama, umumnya putih, apalagi jika untuk dipasang di gereja sehingga berfungsi sebagai lilin liturgis.
Namun, meskipun itu tidak relevan, sudah lazim juga dipakai tiga lilin ungu dan satu merah jambu, karena warna-warna itu sebenarnya berlaku untuk busana liturgis/Misa. Di suatu tempat pernah dipasang lima lilin. Entah, itu kebiasaan dari mana. Katanya, lilin kelima dinyalakan pada saat malam Natal. Agak aneh juga sebenarnya, apakah arti lilin kelima itu? Simbol Yesus Kristus sendirikah? Padahal yang dimaksud dengan empat lilin itu adalah suatu masa (empat pekan dan seluruh waktu menjelang parousia). Lagipula, simbol lilin sebagai Kristus sudah digunakan secara khusus pada Malam Paskah.
Makna simbolis dari lingkaran Adven sebaiknya ditopang dengan pilihan materi yang cocok dan bisa melukiskan makna simbol itu. Maka, perlu kita perhatikan kualitas materinya. Misalnya, sudah sepantasnya bahan-bahan yang dipakai adalah bahan ...asli, alami, sesuai dengan makna perlambangannya. Jadi, janganlah memilih bahan-bahan imitasi (lilin listrik, daun plastik), usahakan yang asli dan segar (tidak kering/kotor/berdebu, daun tidak diganti bunga/buah/ranting, dsb).
Bagaimana penggunaannya? Bisa saja lingkaran Adven hanya dianggap sebagai asesori atau dekorasi untuk mendukung Masa Adven. Mungkin hal itu belum cukup. Sebaiknya diadakan juga ritual khusus alias tindakan simbolis untuk atau dengan lingkaran itu. Misalnya, satu per satu pada setiap awal pekan (Minggu) lilin itu dinyalakan sebagai lambang makin memuncaknya harapan dan menambah cahaya hingga kedatangan Sang Cahaya. Penyalaan itu mengungkapkan kedatangan Kerajaan Allah yang setahap demi setahap. Ketika menyalakan, kita mengungkapkan harapan kita akan Kerajaan Allah itu dan komitmen kita untuk mewujudkannya di dunia ini.
Sejak semula memang lingkaran Adven digunakan untuk kegiatan devosional di rumah-rumah keluarga. Kemudian dimasukkan dalam gedung gereja dan menjadi bagian liturgi. Hingga sekarang pun kita bisa melihat praktek itu baik dalam rumah keluarga maupun gedung gereja. Namun, pihak pimpinan Gereja (Takhta Suci) sendiri tidak mewajibkan penggunaan lingkaran Adven dalam perayaan-perayaan liturgis selama Masa Adven.
Kreativitas dan penggunaan lingkaran Adven di rumah dan gereja bisa saja dibedakan. Misalnya sebagai berikut:
Di rumah-rumah:
a. ukuran lingkarannya sesuai dengan ruangan; ...
b. kreativitas bahan lebih terbukac dinyalakan dalam suatu doa bersama seluruh keluarga pada Sabtu petang, menjelang gelap.
Di gereja:
a. ukuran yang cukup bisa dilihat banyak umat, sehingga simbolisasinya lebih hidup;
b. warna lilin semuanya putih, bermakna kemuliaan, kegembiraan, kebangkitan;
c. bisa juga dinyalakan dalam suatu ritus sederhana di bagian awal Misa pada setiap awal pekan (Minggu), bukan sekedar dinyalakan oleh putra altar atau koster.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar