Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Minggu, 27 November 2011

Mendamba Allah, Sang Penolong


Mari kita simak bagaimana kejahatan, dosa dan kerinduan manusia akan pertolongan Allah itu dalam cerita berikut.
Pada hari pertama gunung meletus 26 Oktober 2010, di dusun kami memang belum ada gerakan mengungsi. Namun, pada sore harinya, pukul 17.30, telah diumumkan lewat informasi dusun bahwa semua warga harus mengungsi. Selang beberapa menit setelah pengumuman itu, langsung ada hujan abu. Semua warga bingung, karena pada saat itu memang mobil evakuasi belum disediakan pemerintah -hanya ada 2 turuk dan 2 colt- padahal jalan-jalan sudah sangat ramai. Kami pun sempat bingung karena makin lama hujan abu semakin deras, sampai-sampai orang tidak berani keluar. Kebingungan kami bertambah ketika warga belum terevakuasi semua, terutama lansia, ibu-ibu, dan anak-anak. Untunglah kira-kira pukul 20.00 semua warga sudah dapat terevakuasi.
    Sekitar 10 hari kami tinggal bersama dengan warga dusun kami dalam barak pengungsian. Masalah utama kami adalah minimnya pendanaan. Tak jarang kami harus patungan untuk membeli gas dan kebutuhan operasional lainnya. Warga dusun kami terpisah menjadi dua: yang satu di pos induk, yang lain di Sekolah Dasar.
    Suatu kali, saya ditunjuk untuk menjadi koordinator oleh teman-teman untuk diajak pertemuan bersama komite Sekolah Dasar. Komite sekolah itu berkata bahwa sekolahan boleh untuk mengungsi tetapi dengan beberapa syarat. Pertama, dibuatkan WC permanen; kedua, berhubung sekolah belum dipasangi eternit, mereka meminta kami memasang eternit di plafon. Kami pun tidak bisa menjanjikan karena kami sedang mengungsi. Setelah itu kami berkoordinasi ke Kantor Desa. Kantor Desa pun tidak mau ambil pusing. Sekitar jam 17.00 kami dipindah ke pondok suatu pondok pesantren. Setelah kami sampai, rupanya tempat pindah pun belum dipersiapkan 100 persen. Beruntung, antusiasme warga setempat sangat besar. Beberapa waktu kemudian, kami dipindah lagi ke sebuah sekolah SMP terdekat. Tentu ini situasi yang tidak mudah, apalagi siang harinya kami semua belum makan siang karena para relawan tidak bisa mengirim makan dan minum kepada pengungsi desa kami sebab stok makan dari kelurahan hanya cukup untuk makan pagi.
    Pada pergantian hari antara tanggal 4 dan 5 November 2010, saat kami belum sempat memejamkan mata, suara gemuruh terdengar kencang sekali. Kaca-kaca bergetar. Saat itu, kami langsung keluar. Para pengungsi juga sudah lari berantakan. Suara gemuruh makin lama makin deras. Lampu mati. Tidak lama setelahnya hujan abu disertai kerikil dan air lengket berbau belerang turun. Pada pagi harinya, semua pengungsi bingung dan bertanya pada kami, "Mas, ini mau dipindah kemana?" Kami pun tambah bingung karena pemerintah desa saja malam itu sudah pada kabur menyelamatkan diri sendiri. Sungguh kami membutuhkan pertolongan saat itu.
Kisah ini membuat kita semakin mengerti bahwa hidup kita memang suatu pergumulan. Kita sering mengalami bagaimana hidup kita bersama-sama orang lain tiba-tiba menjadi sepi. Kita mengalami saat-saat dimana kita hidup serba mengbingungkan dan sekaligus mengalami kerinduan hadirnya pertolongan.
Nabi Yesaya -dan kita semua umat beirman- menyadari dan meyakini bahwa di tengah tantangan dan acaknya situasi hidup kita, ada kerinduan dan dambaan yang besar akan adanya pertolongan dari Tuhan.

 Refleksi dan Sharing Pengalaman
Pemandu mengajak umat untuk mendalami, berbagi pengalaman iman dan memberikan berbagai peneguhan.
Dalam kehidupan, kita mengalami bahwa menjalani hidup itu kadang-kadang tidaklah mudah. Ada tantangan, persoalan, bahkan musibah yang sering datang tak terduga. Kadang keadaan itu sering membuat kita putus asa, tidak berdaya, dan mengalami krisis iman. Kita bisa membagikan atau mensharingkan pengalaman kita masing-masing.
    a. Pernahkah anda memiliki pengalaman berat, yang menjadikan anda putus asa, hilang harapan dan mengalami krisis iman? Bisakah anda sharingkan?
    b. Apa saja hal-hal yang sering membuat kita merasa rapuh/lemah dalam menjalani hidup ini?
    c. Apakah yang anda rindukan dalam situasi semacam itu? Apakah anda merasakan pertolongan dan penyertaan Tuhan?
(pemandu dapat memberikan alternatif uraian peneguhan serta berbagi pengalaman atau sharing dengan beberapa rumusan alternatif sebagai berikut.
Kita mengakui bahwa persoalan-persoalan yang kita hadapi seringkali menjadikan kita rapuh dan tidak berdaya. Bangsa Israel pun demikian. Saat mereka berada dalam peperangan, kemudian dibuang, mereka mengalami krisis hidup. Mereka pernah putus asa. Namun mereka tidak mengalami krisis iman. Mereka percaya bahwa Allah tidak meninggalkan mereka. Maka satu hal yang menjadi kekuatan mereka dan pengharapan mereka adalah keyakinan bahwa akan ada pertolongan dari Tuhan. Kerapuhan mereka menjadi kesempatan menumbuhkan keyakinan iman.
Saat ini kita diajak mengembangkan keyakinan seperti orang Israel tersebut. Adven menjadi kesempatan kita untuk merindukan kehadiran Tuhan yang menyelamatkan. Allah senantiasa hadir dalam setiap derai kehidupan, terutama peristiwa-peristiwa yang kita alami dalam masyarakat kita ini, walaupun di dalam peristiwa-peristiwa berat sekalipun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar