Akhir-akhir ini sedang marak sekali pembicaraan, baik formal maupun non formal yang menyoroti tentang “adorasi ekaristi”. Bahkan ada berbagai pertanyaan, apakah ini hal baru dalam Gereja atau sebuah perubahan, dan mengapa itu mencuat di permukaan pada saat-saat akhir ini? Lalu bagaimana sikap kita sebagai warga Gereja Katolik?
Benar ada berbagai pertanyaan dan memang perlu dipertanyakan “gerakan baru” yang bernama “adorasi ekaristi” ini. Dengan bertanya atau mempertanyakannya, berarti kita telah ambil bagian memberikan perhatian terhadap hal ini.
Adorasi ekaristi bukanlah gerakan baru, ini adalah kekayaan Gereja yang telah lama ada dan dihidupi namun kurang begitu dikenal secara publik (oleh seluruh Gereja). Oleh sebab itulah pada saat ini kekayaan itu diperkenalkan secara lebih luas lagi dan sedang dijadikan “habitus baru”. Kita sebagai Gereja sudah selayaknya mengenal kekayaan kita sendiri dan menggunakannya, bukan dibiarkan atau ditelantarkan. Inilah yang baru, yakni gerakan menghidupkan kembali harta Gereja yang terindah.
Ungkapan kasih personal
Adorasi berarti bersembah sujud atau menyembah (adore). Tertentu saja dalam hal ini yang menjadi fokus sembah sujud kita adalah Tuhan Yesus Kristus yang secara khusus hadir dalam Sakramen Mahakudus. Sakramen Mahakudus ini mengambil rupa roti tak beragi, rupa yang sangat sederhana dan ditahtakan di dalam monstran supaya dapa dipandang oleh semua orang yang hadir. Sungguh mengagumkan bahwa Tuhan Yesus hadir dalam kesederhanaan-Nya supaya semakin banyak orang tersapa dan merasakan sapaan-Nya.
Adorasi merupakan ungkapan sederhana yang dapat dilaksanakan oleh sipa saja, tua-muda, besar-kecil. Kita menyembah Tuhan karena rasa kagum, hormat dan cinta kita kepada-Nya. Inilah ungkapan yang paling pribadi, sebuah relasi intim antara diri kita dan Tuhan. Memang hanya orang yang sungguh menglami kasih Tuhan dapa pula mengungkapkannya, mensyukurinya. Dalam hal ini sebenarnya kita semua adalah orang yang telah mengalami kasih Tuhan itu sejak awal penciptaan kita menjadi manusia.
Pengalaman akan kasih Tuhan itulah yang membuat kita sungguh terpesona kepada-Nya sehingga kita ingin mencintai-Nya pula dengan mengimani kehadiran-Nya yang sederhana itu. Kita ingin menjadikan adorasi sebagai saat intim bersama Tuhan, kita ingin mengkhususkan waktu kita untuk Dia dan bersama Dia. Kita ingin memberikan hati dan pikiran kita kepada Dia yang telah memberikan hidup-Nya bagi kita. Memang Tuhan tidak menuntut balasan dari kita atas semua kasih-Nya, namun kita ingin melestarikan jalinan kasih yang diikat-Nya dengan kita. Inilah saat istimewa dan pribadi.
Harta melimpah dari Ekaristi
Adorasi yang kita lakukan ini tidak dapat dipisahkan dari Ekaristi yang kita rayakan setiap hari, oleh sebab itulah disebut sebagai adorasi ekaristi. Adorasi merupakan kelanjutan dari Ekaristi atau perpanjangan dari Ekaristi. Kita ingin mensyukuri dan berterima kasih atas rahmat istimewa yang boleh kita terima dalam perayaan Ekaristi.
Ekaristi marupakan puncak dan sumber hidup setiap orang katolik. Dalam perayaan Ekaristi kita ikut serta makan dan minum Tubuh dan Darah Tuhan Yesus. Inilah karunia yang luar biasda karena kita diikutsertakan dalam keilahian-Nya dan dipersatukan dengannya. Kita sungguh menjadi orang yang berbahagia karena diikutsertakan dalam perjamuan dan dipantaskan oleh Tuhan sendiri untuk menerima Dia di dalam diri kita. Kenyataan dan pengalaman inilah yang seharusnya selalu kita sadari setiap kali kita ikut serta dalam merayakan Ekaristi. Kita bukanlah penonton dan tamu, kita adalah bagian dari satu keluarga besar dan ikut terlibat aktif di dalam perayaan itu. Bukankah ini sangat istimewa? Maka sungguh layaklah jika kita selalu mensyukuri rahmat yang istimewa ini.
Dengan adorasi, kita ingin meneruskan syukur kita itu, kita ingin lebih dekat dan intim lagi dengan Tuhan yang telah memberikan hidup-Nya kepada kita. Walaupun Ia telah kita terima dan santap, Ia tetap hadir juga di tengah umat-Nya dan Sakramen Mahakudus. Maka ia ada di dalam diri kita namun sekaligus pula di hadapan kita, inilah misteri yang sungguh agung dan mulia.
Adorasi membantu kita untuk semakin menghayati kehadiran uhan Yesus di dalam hidup kita dan di tengah Gereja. Bukan hanya Tuhan ynag memberikan diri-Nya kepada kita, kita pun ingin mempersembahkan diri kita kepada-Nya. Cinta kita kepada Yesus akan sungguh tampak jika kita selalu merindukan-Nya, ingin dekat dan bertemu dengan-Nya. Ada sebuah kerinduan yang tetap dan permanen yang hidup dalam diri kita.
Gerakan pemulihan dunia yang sakit
Tuhan Yesus tidak pernah berhenti bersabda, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kedamu” (Mat 11:28). Sabda yang terus bergema itu membutuhkan sebuah jawaban dan tanggapan. Sabdaq itu sebenarnya bukanlah bagi kepentingan Tuhan, namun demi keselamatan kita. Kerinduan Tuhan hanyalah satu, yakni kebahagiaan manusia. Maka ajakan itu sepenuhnya ditujukan bagi kita semua yang memang membutuhkannya.
Adorasi merupakan sambutan kita akan undangan Tuhan itu. Kita menjawabnya dengan datang kepada-Nya dan menimba air kehidupan dari sumbernya sendiri. Bukankah dengan demikian kita juga yang menerima rahmat melimpah. Memang dari diri kita dibutuhkan sebuah gerakan untuk datang dan itulah bentuk korban kita. Dengan datang kepada Tuhan berarti kita meninggalkan hal lain, kesibukan pribadi dan mungkin kesenangan kita pribadi. Nyatalah bahwa cinta membutuhkan korban bagi yang dicintai dan Tuhan Yesus telah melakukannya bagi kita yang dicintai-Nya. Akankah kita diam saja dan membiarkan cinta itu tertumpah tanpa ada yang menyambutnya?
Dengan beradorasi, kita datang kepada Tuhan dan menyambut cinta-Nya itu. Kegiatan kita yang sederhana ini ternyata menjadi gerakan yang luar biasa. Ternyata kita semua yang datang dan beradorasi merupakan orang-orang yang tegerak oleh Hati Tuhan yang terbuka dan menyapa kita. Kita walaupun tidak banyak telah ikut mengubah wajah dunia, memulihkan situasi penolakan terhadap cinta Tuhan menjadi penyambutan cinta-Nya. Dengan beradorasi kita ikut serta dalam arus pemulihan, yakni menyambut cinta yang tercurah secarah berlimpah bagi kita dan tidak menyia-nyiakannya. Di tengah arus dunia yang menjauh dari Tuhan, kita semakin mendekat dan menyatu dengan-Nya dalam adorasi.
Marilah kita datang dan bersembahsujud kepada-Nya. Dengan menjawab undangan Tuhan Yesus, kita datang, beradorasi dan ikut serta dalam memulihkan situasi dunia yang sedang sakit ini.
Johanes Juliwan SCJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar